Minderwertigkeitsgefühl a.k.a. Minder

Total unterschiedlich ist die Mentalität der Minderwertigkeit zwischen Indo und den Deutschen. Ernsthaft?! Die mögliche Hauptursache dazu wäre die Erziehung, sowohl in Bildung als auch in der Familie. Zu nennen sind Aussage wie: hübsch bist du, fette Kuh, du schlauer Kopf, faul, wieso geht alles kaputt bei dir, und so weiter - schau dir doch die Nachbarn an, mach doch wie A, und bla bla bla. Die Kinder wachsen sich mit solchen Vergleich-Gedanken auf. Der Spruch ist "die Wiese bei den Nachbarn sehen immer frischer aus". Sodass kommen Labelling-Verhalten gegenüber anderen Menschen vor: Leute unter uns haben nichts im Leben und die übertriebenen Komplimente an den Leuten mit oberen Positionen.

Im Gegenteil dazu, seit Klein an werden die Kinder hier mit Stolz auf sich erzogen. Talente und Chancen gibt es zu entdecken und nicht zu vergleichen. Diese soll wertschätzend sein, weil jeder sie haben kann. Deshalb können wir auch merken, dass die Deutsche irgendwie zurückhaltend sich verhalten. Im Gegenteil zum Kleingefühl, zeigen dieses Verhalten als Stolz auf ihre Eigenschaften und Wertschätzung in Mitmenschen.

Perbedaan yang sangat mencolok antara mental orang Indo dan orang Jerman sini adalah mental MINDER!

Masa sih?!! Kemungkinan besar pemicunya adalah penilaian yang tersirat di pendidikan di Indo, baik pendidikan keluarga maupun sekolah. Sebut saja: cantiknya, gendut kali, pintar bah, malas kali kau, gitu aja ga bisa, dan seterusnya - tengoklah tetangga, bandingkan dulu sama si A, dan bla, bla, bla. Jadi orang tuh tumbuh dengan perasaan dan pemikiran selalu membandingkan diri. Istilahnya tuh "rumput tetangga akan selalu lebih hijau".  Akibatnya ada perilaku-perilaku membuat "label" : memandang rendah pada orang yang dianggap lebih berkekurangan dan memuji berlebihan pada orang yang dianggap memiliki lebih tinggi statusnya. 

Di sini, anak-anak dididik untuk menjadi dirinya sendiri, memiliki kesempatan untuk mencari potensi diri, dan menghargai setiap potensi. Jadi penilaiannya bukan membandingkan, tetapi menilik dan menghargai setiap potensi. Karena penghargaan potensi yang pasti dimiliki setiap insan, maka orang-orang disini terkenal "zurückhalten atau Rücksicht nehmen". Ini tampak seperti minder, tetapi bedanya adalah bangga pada diri sendiri namun tidak memandang rendah orang lain.