Sudah lama sebenarnya berteman dengan sang Nona. Namun dekat setelah terpisah benua dan mendewasa. Tema pembicaraan pun mulai beralih, dari tema nostalgia ke tema ranjang dan hubungan antar manusia.
Nona menilai dirinya sangat penakut. Menurutnya, bila dibandingkan dengan orang lain dengan latarbelakang yang mirip, seharusnya dia bisa melanglang buana lebih jauh lagi. Di sini pikiran saya tergerak, betapa seringnya kita membandingkan diri dengan orang lain. Lebih baik mengenal diri, orang lain dan situasi, namun tak perlu membandingkan diri dengan orang lain. Melakukan penilaian memang tepat sebagai feedback atas pengembangan diri, tapi jangan sampai menjadi faktor stress.
Semenjak Nona bertekad untuk menjadikan liburan sebagai hobi, dia pun bertemu dengan orang-orang lokal pro turis dan turisnya sendiri di komunitas-komunitas traveling atau backpacking. Terpapar dengan horizon baru, Nona pun begitu menyukainya. Hingga ia tersakiti oleh drama perebutan kekasih, teater penjilat turis, dan tusuk menusuk dari belakang. Maka ia pun bersedih dan terpuruk begitu dalam.
Dalam keterpurukan, Nona mengenali sisi dirinya di bagian ini lebih baik lagi. Dia mempertanyakan, mengapa ia bisa terpuruk berkali-kali. Asumsinya antara lain:
- Gangguan Bipolar disampaikan oleh seorang psikolog kepada Nona pada konsultasi pertama. Terus terang, menurut saya ini sangat riskan, mengingat diagnosis ini didapatkan dari konsultasi pertama dengan psikolog. Sebuah diagnosis yang menurut saya amat sangat terburu-buru. Di sini untuk diagnosis diperlukan kurang-lebih 2 minggu dalam rawat inap, atau tiga kali pertemuan untuk rawat jalan (jadi bisa 2 bulan).
- Eksploitasi seksual yang dialami ketika bersama seorang turis yang pada saat itu sempat menjadi teman dekat. Dengan alasan kursus seksual karena Nona penasaran, maka si lelaki menyatakan bahwa seorang perempuan harus melakukan oral kepada lelaki sepuasnya. Tentu saja ini dikategorikan sebagai pemaksaan, karena BUKAN suatu KEHARUSAN. Lakukanlah kegiatan seksual yang menurut kamu tepat buat kamu di saat itu, bukan notabene permintaan sang lelaki. Posisi wanita dan pria itu sama. Sebagai wanita kamu sama berharganya dan sama-sama berhak untuk mengatakan TIDAK atau NANTI. Speak your mind up! Jangan pernah merasa minder karena merasa kurang pengalaman atau sekadar ingin mendapat pujian dari lawan jenis. Asal tahu saja, skenario di video porno 90 persennya tidak sesuai realita, namanya juga cari duit.
- Drama keluarga akibat perilaku sang Ibu di keluarga. Jadi ternyata labilitas emosi Nona dan kakaknya didapat dari sang Ibu. Si Ibu adalah seorang yang ambivalen dengan emosi berlebihan. Tentu saja sang Ibu hingga kini belum pernah ditangani secara profesional. Hal ini mempengaruhi stabilitas regulasi emosi sang anak. Bayangkan jika pada saat itu, penanganan psikologis profesional sudah ada untuk rakyat Indonesia, maka satu keluarga terselamatkan.
Apa yang dialami sang Nona, bukanlah suatu pengalaman bagi orang penakut. Menurut saya, Nona adalah seorang wanita pemberani. Untuk kedewasaan dan keterampilan bereaksi atas situasi, dapat dikatakan, hanyalah masalah waktu.