Tanya Harun: cewek suka bule?

Setelah beberapa kali bertemu, akhirnya Harun memberanikan diri untuk bertanya: mengapa wanita asing yang berada di Jerman lebih memilih pasangan yang lokal Jerman?

 Hm, saya tertegun sejenak. Harun bukanlah orang yang gampang. Maksud saya beliau adalah seorang Internistin, dia berasal dari Siria. Orangnya baik dan bukan orang berwatak keras.

Melihat saya masih diam, dia menyambung: mereka itu apakah menikah demi izin tinggal?

Setelah sedikit eksplorasi tersebut, saya jadi tahu arah pertanyaannya. Terus terang saya menjawab, bahwa saya kurang tahu. Karena sebenarnya logis juga, peluang bertemu orang lokal kan lebih besar. Sedikit kemungkinan wanita atau pria jomblo di Jerman sini yang bertemu dengan orang Kanada. Logis kan! Namun jika pun ini memang sebuah fenomena, maka menikah demi izin tinggal ya sah-sah saja.

Harun adalah pria yang cukup atraktif dan berusia matang. Hingga di suatu kesempatan lain saya merenung dan menyadari, mengapa sepertinya buat wanita Asia dan Oriental lainnya, pria seperti ini kurang menarik. Hipotesis saya adalah:

  1. Mereka sering tanpa sadar memandang wanita lebih gampang: contohnya dia memberikan nomor HP saya kepada pria lain tanpa izin dari saya terlebih dahulu. 
  2. Lain di mulut lain di hati: dia sempat bercerita tentang mantan pacarnya yang menjelekkan dia di belakang, bercerita bahwa seseorang yang saya kenal tidak mengucapkan terimakasih setelah dia antarkan pulang dan mengatakan tidak suka perilaku orang tersebut, tapi tetap aja flirting di Whatsapp.
  3. Memandang diri lebih baik dari orang lain: dia melihat status orang yang ditemui, apakah sekadar posisi biasa, bawah atau apalah. Tapi dia jadinya sering bagi-bagi rezeki juga ke mereka alias ga pelit.

 

Menurutku ketiga hal tersebut yang secara krusial membuat pria Timur Tengah tampak kalah dari pria lokal di sini, karena dari ketiga hal krusial tersebut memang berlawanan dengan pandangan di sini. Misalnya tema-tema emansipasi wanita, langsung / apa adanya, dan status objektif (alias melek hukum) yang diberikan dari masyarakat, misalnya melalui hak milik properti, titel akademi, posisi di pekerjaan, dll, bukan status yang dilekatkan oleh diri sendiri pada diri sendiri atas apa yang dimiliki, titel yang didapat, dan posisi di pekerjaan. Terlihat sepele memang, tapi berlawanan total. Okay, tentu saja ada kekurangan orang lokal, namun apakah kekurangan mereka begitu esensial?

Jadi, apakah wanita-wanita itu menikah karena izin tinggal?! Saya rasa itu adalah jawaban yang terlalu disimplifikasi.